Perjalanan dari Jogja ke Pantai Indrayanti Gunungkidul tidaklah dekat, membutuhkan sekitar 1,5 - 2 jam perjalanan. Tapi begitu sampai akan terkesima karena bagus dan bersih bebas sampah (ada dendanya kalau buang sampah sembarangan). Mengingat jarak yang cukup jauh dicapai, pantai ini terasa masih nyaman tidak ada kerumunan orang. Tapi kalau musim liburan sih katanya penuh sekali.

Saat sampai ternyata masih hujan, sempat akan pulang saja, tapi tak lama hujan reda. Akhirnya turun dari mobil sempet kaget, loh ini bagus banget ya. Kita disana sampai sunset, jika mau shalat juga ada masjid putih di pantainya.

Sayangnya karena sudah tidak ada tenaga karena kelelahan memacu adrenalin, kita tidak jadi berenang. Padahal sempat juga mau lanjut snorkeling di Pantai Nglambor (mungkin lain waktu). Konon katanya pantai ini ditemukan karena banyak mahasiswa yang survey kesini dan akhirnya jadi terkenal dikalangan anak muda Jogja dan wisatawan. Semoga tetep terawat terus ya lokasi indah seperti ini.

Sekian cerita perjalanan Jogja saya dan tim Casa Elana dari mulai :

• Ratu Boko, Tebing Breksi & Gumuk Pasir
• Goa Pindul & Kalibiru
• Move On, Lokal & ViaVia
• Greenhost Hotel
• dan Pantai Indrayanti

Semoga tahun depan kita punya kesempatan outing ke tempat yang lebih seru lagi. Amin..

Biar kayak anak muda jaman sekarang, ke Jogja nginep di Greenhost. Ini hotelnya sering banget nongol di Intsagram temen-temen saya, jadilah penasaran kayak apa. Hotel ini mengusung konsep creative experience in the field of design, art, crafts, and agricultural town. 

Keseluruhan desainnya memang dibuat sangat ramah lingkungan termasuk kamarnya juga. Hydroponic Gardens yang menutupi area atrium. Ada juga Vertical Gardens dan bila kita naik ke rooftop bisa menjumpai banyak tanaman hidroponik disini. Plus bagus banget buat foto, walau panas.

Interiornya yang industrial look seperti dinding dan lantai semen dipoles, plywood timber, dan kawat besi pada furniture tampak menyatu dengan alam dan tanaman. Buat yang mencari pengalaman berbeda, hotel ini patut dicoba. Tapi buat yang mencari kenyamanan dan fasilitas lengkap hotel berbintang pada umumnya, disini belum bisa diaplikasikan.


Malam hari di Jogja, harus mampir ke Alun-Alun Kidul buat naik becak lampu yang bentuknya malah seperti mobil hias. Baru ada mulai pukul 18.00 malam. Oh ya ini di gowes loh jangan salah, jadi ya membutuhkan kekompakan biar ga berat gowesnya. Sewanya Rp. 25.000 - Rp. 30.000 (1 kali putaran). Harga tergantung kapasitas kursi, ada yang 4 dan 6 orang.

Jadi yang duduk di kursi depan kedapetan tugas jadi DJ, muterin playlist yang disediain, pilihan lagunya pun yang anak muda kekinian, jadi ga perlu khawatir tiba-tiba keluar lagu dangdut. Bagian tengah yang nyupir dan ngarahin arah. Sementara bagian belakang yang kuat nge-gowes. Disini banyak jajanan pinggir jalan, jadi sekalian gowes bisa langsung drive-thru, hihi.

Buat bawa anak kecil pasti seneng banget deh, soalnya kebanyakan mobil hias dibuat dengan karakter tokoh film kartun.

Kalau ke Jogja makan gudeg mah udah biasa, kali ini kita mampir ke resto, cafe dan bakery kekinian yang sedang ramai disini. Spot pertama ada Move On. Lucu deh restonya, ada beberapa bule juga makan disini. Mungkin karena menunya lebih ke western. Secara tempat udah oke, dan ternyata makanannya enak-enak. Malahan menurut saya lebih enak disini daripada di Lokal. Ini juga termasuk 10 best resto di Jogja menurut TripAdvisor. Ga cuma itu interiornya disini unik dan instagramable material, hahaha.


Lokal Resto, tempat ini tuh sebenernya jauh dari hotel tapi berhubung penasaran jadi aja kita kesini, Menurut saya sih menunya sedikit ya dan rasa makanannya kok biasa semua (mana penampilannya juga kurang menarik). Padahal saya termasuk yang gampang bilang makanan itu enak. Untuk foto juga karena ramai tempatnya jadi ga ada spot banyak yang bisa digunakan. Overall sih biasa aja tempatnya. Pas pulang juga susah karena sudah malam tidak ada supir, jadi harus pesan Grab. Duh itu juga sedikit sekali armadanya sehingga kita menunggu lama disini.


ViaVia Bakery & Cafe adalah lokasi kuliner yang banyak digemari wisatawan. Katanya, our small ViaVia bakery produces healthy and tasty artisan breads, using natural ingredients, ancient old slow fermentation techniques, no additives or preservatives. Emang beda rasanya sama roti yang biasa dijual di mall. Disini juga ada restonya. Kalau mau pesan apple pie atau kue juga bisa, apalagi untuk dibawa menjadi oleh-oleh pulang. Pesan sehari sebelumnya ya. Harganya juga murah banget. Oh ya ViaVia itu kids friendly karena ada tempat bermainnya juga. 

Nah sekarang ga cuma bawa oleh-oleh Gudeg Yu Djum doang dong sama Bakpia, banyak alternatif lain seperti roti. Btw katanya kalau pesen Yu Djum langsung ke tempat pembuatannya, bisa dibawa pake kendil juga.

Kali ini kita lebih seru lagi perjalanannya, satu jam dari Jogja, Kalibiru namanya. Indah sekali pas lihat dari bukit, ya walau perjuangan buat naik ke atas cukup ekstrim (enaknya sih pake ojek security, hahaha). Kemiringan naik bukitnya 45 derajat dan itu tinggi loh nanjaknya buat sampai ke lokasi loket (dari parkiran).

Kalau mau foto, bayar tiketnya berdasarkan spot yang kita pilih. Ada yang buat sendiri, atau ramai-ramai. Tiket Masuknya Rp 10.000, Spot High Rope Game Rp 35.000, Spot Foto Rp. 10.000 - Rp. 15.000 per orang. Nah akumulasi waktu juga digunakan disini, misalnya foto di spot panggung ber 3, jadi 3 menit dikali 3 sama dengan 9 menit selama diatas.

Karena ga mau antri panjang (FYI antriannya gila kata orang) jadi kita dateng pas baru buka jam 8 pagi. Eh tapi hujan jadi spot tidak ada yang buka, alhasil ambil nomor antrian dan kita nongkrong makan mie rebus dibawah saung dengan iringan hujan.

Pas sesi foto kita akan dipakaikan pengaman jadi tidak perlu khawatir jatuh, plus ADA FOTOGRAFER PROFESIONAL! Hahaha penting ya. Asli saya pikir kita cuma pake handphone titip fotoin. Udah gitu mereka juga pake lighting biar hasilnya ga gelap. In the end, hasil foto bisa di copy ke USB (penting bawa USB kesini). Saya lupa deh dapet berapa foto, tapi kita bayar lagi buat ambil banyak stok fotonya.

Secara kesimpulan, oke lah buat punya foto cantik dengan pemandangan indah. Yang saya suka disini toiletnya bersih-bersih banget. Jadi kalau mampir ke Kalibiru sebaiknya dari belum buka ya tempatnya, soalnya pas kita selesai foto antrian sudah mengular panjang.


Nah foto cantik udah, sekarang waktunya yang agak ekstrem. Menuju ke Goa Pindul, yang bahasa kerennya kalau disini adalah Cave Tubing. Untuk kesini sih jauh sekali menurut saya dan berliku-liku, ya untung kita sih tinggal bobo tahu-tahu sudah sampai, hihi.

Pas nyampe, rameeeeeee sekaliiiiiiii. Berhubung buka dari pagi namun kita sampainya siang bolong, jadi keramaian agak berkurang karena semua lagi pada makan siang. Gua Pindul memiliki panjang sekitar 350 meter, lebar hingga 5 meter, jarak permukaan air dengan atap gua 4 meter, dan kedalaman air sekitar 5-12 meter (kebayang ga?).

Biaya Retribusi Lokasi Rp.10.000 per orang.
Paket Cave Tubing Rp. 35.000 per orang.
(termasuk jasa pemandu, perlengkapan ban pelampung, jaket pelampung, dan asuransi).

Goa ini memiliki 3 zona. zona terang, zona remang, dan zona gelap. Untuk waktu tempuh sekitar 45 menit.  Jadi cave tubing hampir sama dengan rafting. Tapi cave tubing menyusuri gua menggunakan ban dalam (bannya gede banget). Anak kecil dan yang lagi hamil boleh naik, karena kondisinya sih ga ada arus, jadi kayak lagi berenang aja tapi kita duduknya di ban.

Secara lokasi sih ya ga bersih tapi cuek aja deh. Di zona terang ada spot untuk loncat dari tebing dan kita semua nyobain. SERUUUU! Kebayang ga sih deg-degannya, karena naik ke tebing licin itu susah banget dan harus loncat ke spot yang benar (kalau ga bisa nabrak bebatuan). Kita sibuk loncat bolak-balik, orang-orang cuma ngeliatin aja, hahaha. Ini ibu-ibu kok bahagia amat.

Udah loncat, mau naik ban nanggung jadi aja berenang di sungai judulnya. Duuuuuh aslik kapan terakhir ke sungai? Ga inget juga pernah berenang di sungai, apa belom pernah. Well buat kita sih ini pengalaman tak terlupakan sekali.

Usai main, kita bisa mandi di toilet-toilet umum (berbayar). Berhubung ada banyak, cari yang paling bagus dan baru, supaya toiletnya oke. Kemarin saya lupa dimana lokasinya, tapi toiletnya kinclong banget dan super bersih, padahal toilet yang lokasi lain pada horor dan jorok.


Selesai bermain ternyata masih lanjut naik Jeep Off Road. Sebetulnya saya antara menyesal dan tidak sih ikut ini, hahahaha. Menyesal kalau kenapa-kenapa ya bhay! Soalnya pas naik tuh ga ada seat belt dan ga ada pengaman apapun. Plus kalau terjadi apa-apa tidak diasuransikan (well tidak rekomen).

Emang kayak apa rasanya? GILA sih! hahaha. Bayangin aja ngebut dijalanan lurus sampe mau terbang rasanya pegangan handle di belakang mobil. Pas sampai lokasi off road, ternyata ekstrim! Bayangin aja mobilnya nyemplung ke sungai dan lumpur, kebayang ga sih mobil tenggelem, terus ya ajrut-ajrutan parah banget. Malahan ada yang miring 45 derajat, mobilnya kayak mau kebalik, huhu.

Tapi berhubung sudah berlalu sih kita semua happy, soalnya pengalaman baru yang cukup EDUN buat kita yang ibu-ibu ini, hihi. Yang ga bisa lupa sih teriak melulu saking hebohnya, belok dikit teriak, nanjak dikit teriak, seneng kali ya supirnya ngerjain ibu-ibu.